Rekonstruksi Pola Hati

Malam ini Jalan Puncak sangat berembun, Namun terus kupaksa bawakan motor dikecepatan 80km/jam menyaingi cepatnya degup jantung.

Lagu terus berdansa dalam telingaku sambil menemani perjalanan menuju bogor yang sepi, Tak ayal aku diganggu oleh Hujan yang deras di depan . .

"Yahh.. Padahal setengah perjalanan lagi sampai" Tuturku.

Berteduh dipinggir ini menghindar dari Tangisan langit yang sedih, 
Namun malah mengingatkan aku pada Tangisan diri tempo hari, yang mendidih.

Rasa kemarin semakin menjelma seakan menempel pada lara, terasa seperti tas kecil berat yang ditaruh dibawah leher.

Memang segalanya itu harus diisi dengan bualan-bualan Fana Duniawi, agar lamun dan khayal tak berkepanjangan.

"Sebentar saja sudah mulai lagi terasa kosongnya...." Sadarku.

Ku mewajarkan itu, karena mungkin semua manusia akan merasa sepi yang sama jika menempuh perjalanan yang jauh tapi sendiri . . ditemani angan-angan ada seseorang yang sandari bahu ini, atau . . memang aku yang sok mengobati hati?

Embun keluar dari mulutku seakan-akan merokok, karena mungkin bukan perokok aktif . . aku merasa keren dengan keluarnya asap dari mulutku, sembari mengencangkan Lagu dari HPku.

Tak terasa hujan yang diluar dimensi tadi deras berangsur-angsur mereda, tapi tak paralel dengan Hujan yang di dalam dimensi.

Pukul 23:21 WIB aku kembali menggiring motor sesuai kehendakku, kecepatan tergantung laju beat dan genre lagu yang terputar, berikut tergantung suasana hati.

"I love you buttt im let in go . . . " Teriaku.
(Ai laf yu bed am ler ring gooouuu) "Pronoun"

To be continued ~

Komentar